Rabu, 22 November 2017

tugas tentang pengaruh hajat laut terhadap kehidupan sosial di Cimari Garut

PENGARUH BUDAYA HAJAT LAUT TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL DI CIMARI GARUT
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Sosial Budaya Indonesia
Dosen pengampu : Haris Subhan, S.Hi., M.Si

Disusun oleh :
Nama : Syifa Fadhilatunnisa
NIM : 1168010274


ADMINISTRASI PUBLIK SEMESTER II/G
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2017 M/ 1438 M
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan hormat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengaruh Hajat Laut Terhadap Kehidupan Sosial Di Cimari Garut”.
            Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliahSistem Sosial Budaya Indonesia. Dalam rangka penyelesaian makalah ini, tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak,untuk itu saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Haris Subhan, S.Hi., M.Si selaku pembimbing sekaligus dosen pengampu mata kuliah Sistem Sosial Budaya Indonesia dan semua pihak terkait yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
            Dalam penyusunan makalah ini banyak mengalami kesulitan yang disebabkan terbatasnya pengetahuan penulis miliki, sehingga penulis menyadari penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat saya butuhkan untuk kesempurnaan karya tulis ini.



Bandung, 29 Mei  2017


Penulis




DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………  2
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………..   3
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………..  4
1.1  Latar Belakang ………………………………………………………………..   4
1.2  Rumusan Masalah  ……………………………………………………………   4
1.3  Tujuan …………………………………………………………………………  5
BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………. 6
2.1 Kebudayaan Hajat Laut ……………………………………………………….. 6
2.2 Proses Ritual Hajat Laut ………………………………………………………. 7
2.3 Pengaruh Budaya Hajat Laut Terhadap Kehidupan Sosial Di Cimari (Garut)...  11
BAB III PENUTUP………………………………………………………………...            13
3.1 Simpulan ………………………………………………………………………. 13
3.2 Saran ………………………………………………………………………….   13
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………….  14










BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Garut adalah daerah yang mempunyai cukup banyak kebudayaan, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Kebudayaan yang dimiliki oleh Garut salah satunya adalah Hajat laut yang dilakukan di daerah Cimari muara. kebudayaan ini sangat mempengaruhi kehidupan sosial didaerah Cimari, Kesederhanaan hidup masyarakat pelabuhan Cimari Muara tidak memutuskan rasa syukur terhadap Maha Pencipta. Salah satu bentuk syukur yang nyata, mereka tuangkan melalui ritual hajat laut atau yang sering disebut dengan Tasyakur Nelayan. Sejak waktu yang tidak diketahui lamanya, tasyakur nelayan menjadi media para nelayan dalam menghormati warisan budaya leluhur juga sebagai bentuk rasa syukur akan berkah dan rahmat yang diberikan oleh Allah SWT. Dengan makalah ini, selain sebagai salah satu tugas mata kuliah Sistem Sosial Budaya Indonesia , saya mengulasnya dan membahasnya agar dapat menambah ilmu dan wawasan baik bagi saya dan bagi para pembaca. Debngan demikian, pembahasan yang lebih lengkap dibahas pada bab pembahasan.


1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa salah satu budaya yang ada di kabupaten Garut?
2.      Bagaimana sejarah kebudayaan hajat laut di kabupaten Garut?
3.      Bagaimana pengaruh budaya hajat laut terhadap kehidupan sosial di kabupaten Garut?


1.3  Tujuan
1.      Untuk mengetahui dan memahami budaya yang ada di kabupaten Garut.
2.      Untuk mengetahui dan memahami sejarah kebudayaan hajat laut di kabupaten Garut.
3.      Untuk mengetahui dan memahami pengaruh budaya hajat laut terhadap kehidupan sosial di kabupaten Garut.




















BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kebudayaan Hajat Laut
            Hajat laut merupakan salah satu kebudayaan yang ada di Garut. Hajat laut adalah suatu pesta nelayan yang diadakan di Laut. Hajat, yang dilakukan sebagai rasa syukur dan terima kasih para nelayan atas rezeki yang telah didapatkan nya. Kenudayaan hajat laut ini biasa diadakan di pelabuhan Cimari Muara , kabupaten Garut.
Pada tahun 1963, salah satu daerah pesisir pantai kecamatan Pakenjeng diresmikan sebagai tempat berlabuhnya perahu-perahu nelayan yang mencari ikan di laut lepas. Cimari Muara, nama dari pelabuhan baru ini, menjadi salah satu pelabuhan pertama yang didirikan di sepanjang pesisir pantai Kabupaten Garut. Sejak resmi menjadi pelabuhan, tempat ini menjadi salah satu tumpuan harapan bagi puluhan nelayan setempat. Terletak di Desa Karangsari, Kecamatan Pakenjeng, pelabuhan Cimari Muara selalu dipenuhi belasan perahu milik nelayan setempat maupun nelayan dari desa tetangga. Tahun ini, tepat 51 tahun sejak pelabuhan tersebut didirikan. Menurut warga setempat, tidak banyak perubahan yang terjadi di pelabuhan Cimari Muara sejak pertama didirikan. Peningkatan pembangunan fasilitas di pelabuhan berjalan dengan sangat lambat, bahkan sampai saat ini masih tidak ada pemukiman khusus nelayan yang layak di sekitar pelabuhan. Hal tersebut yang menjadikan pelabuhan Cimari Muara diakui lebih buruk eksistensinya dibandingkan dengan pelabuhan lain seperti yang terdapat di pesisir Rancabuaya dan Santolo.
Pada pertengahan tahun 2010, perhatian pemerintah Kabupaten Garut mulai bermunculan dengan adanya bantuan berupa sumbangan perahu dan jaring-jaring yang diberikan kepada nelayan pelabuhan Cimari Muara. Menurut Wawan
(sesepuh nelayan setempat), bantuan ini sangat berarti bagi nelayan setempat.
Dengan membaiknya fasilitas yang diperlukan nelayan dalam mencari ikan, maka akan  pula meningkatkan kesejahteraan hidup keluarga para nelayan. Hampir 100% warga setempat memiliki mata pencaharian sebagai nelayan, itu artinya seluruh kehidupannya digantungkan pada kemampuan mencari ikan di laut untuk kemudian dijual dan digunakan sebagai pemenuh kebutuhan pokok keluarga.

2.2 Proses Ritual Hajat Laut
Kesederhanaan hidup masyarakat pelabuhan Cimari Muara tidak memutuskan rasa syukur terhadap Maha Pencipta. Salah satu bentuk syukur yang nyata, mereka tuangkan melalui ritual hajat laut atau yang sering disebut dengan Tasyakur Nelayan. Sejak waktu yang tidak diketahui lamanya, tasyakur nelayan menjadi media para nelayan dalam menghormati warisan budaya leluhur juga sebagai bentuk rasa syukur akan berkah dan rahmat yang diberikan oleh Allah SWT.
A.    Penyembelihan Kambing
Salah satu rangkaian ritual yang paling sakral adalah penyembelihan kambing yang dilakukan satu hari sebelum ritual utama. Kambing yang disembelih bukan kambing sembarangan, warga setempat menyebutnya sebagai kambing benten yang memiliki ciri khusus: berwarna hitam dengan garis putih melingkar di pada bagian tengah tubuhnya. Warga setempat harus mencari di seluruh pelosok Kabupaten Garut untuk mendapatkan kambing benten, tentu saja dengan harga yang tidak murah. Sebenarnya tidak hanya harus kambing yang bisa dijadikan hewan ritual, tetapi bisa juga memakai hewan ternak lainnya. Seperti Sapi, kerbau dan sebagainya. Tapi karena kondisi para nelayan yang hanya bisa membeli kambing. Jadi kebiasaan dalam hajat laut ini menyembelih kambing saja.
Sejauh ini tidak ada makna mendalam dari dilakukannya penyembelihan kambing sebagai salah satu rangkaian ritual upacara adat. Masyarakat setempat hanya meyakini bahwa menjalankan apa yang selalu dijalankan oleh para leluhur merupakan salah satu cara untuk menghormati mereka. Termasuk dalam hal menyembelih kambing. Kambing yang disembelih kemudian dagingnya akan diolah menjadi masakan yang akan dikonsumsi bersama oleh warga setempat.
Sebenarnya terdapat perubahan cara dalam memperlakukan kambing yang disembelih ini. Konon pada zaman dahulu, kepala kambing yang disembelih akan kemudian diikutsertakan dengan sesajen lainnya untuk dihanyutkan ke laut lepas. Namun, beberapa tahun ini kebiasaan itu berubah dengan dikuburkannya kepala kambing di tanah sekitar pemukiman warga.

B.     Ritual Melarung Jampana
Jampana merupakan sebuah tandu yang dihias sedemikian rupa dan diisi dengan berbagai macam isi tergantung jenis acara yang dilaksanakan. Di daerah pantai di Garut jampana ini biasa disebut Dongdang. Dalam setiap Hajat Laut di Garut, isi dari jampana ini tidak jauh berbeda. Di Cimari, Jampana disimpan di sebuah tempat yang biasa digunakan warga untuk bermusyawarah, semacam aula yang sangat sederhana, dibuat dan didekorasi pula disini. Proses pelarungan jampana dimulai dari pembuatan, pendekorasian, pengisian, pengangkatan ke perahu, dibawanya jampana ke tengah laut, dan pelarungan jampana.
Pembuatan jampana dan dekorasinya dilaksakan oleh bapak-bapak nelayan, bukan hanya jampana yang dihias namun perahu yang membawa jampana ke tengah laut juga dihias senada dengan jampana.
Pada Tasyakur Nelayan Cimari sendiri jampana diisi dengan makanan, minuman, perlengkapan wanita lengkap dari ujung rambut hingga ujung kaki. Perlengkapan wanita ini berupa kerudung, satu stel baju, kaos kaki, sepatu yang semuanya berwarna hijau, lalu aksesoris seperti anting, kalung, gelang, cincin yang semuanya terbuat dari emas. Pakaian yang dimasukkan kedalam jampana juga idealnya terbuat dari kain sutra, kain terbaik. Namun semua itu bergantung pada ketersediaan dana dari nelayan sendiri, tidak ada keharusan. Nelayan di Cimari percaya bahwa pantai mereka dijaga oleh Nyi Roro Kidul, sehingga mereka berusaha memberikan persembahan yang terbaik. Orang yang mengisi jampana ini bukan orang sembarangan, melainkan orang yang sudah menjadi kepercayaan sesepuh desa.
 Di Cimari, orang kepercayaan itu adalah Bapak Itang, masyarakat setempat menyebut beliau sebagai kuncen. Bapak yang telah menginjak umur paruh baya ini pulalah yang kemudian akan berada di perahu utama untuk melarung jampana. Sambil memasukkan barang-barang kedalam jampana, beliau melakukan ritual terlebih dahulu seperti salah satunya membacakan doa. Barang-barang ini dimasukkan sekitar dua jam sebelum diangkat ke kapal dan kemudian dilepaskan ke tengah laut. Sekitar pukul sembilan pagi, jampana diangkat ke perahu utama yang telah dipersiapkan sebelumnya. Setelah semua perahu yang akan turut mendampingi pelarungan jampana siap, perahu utama pun berangkat ke tengah laut. Total perahu yang ikut dalam ritual melarung jampana ini adalah berjumlah 7 perahu.
Tidak ada batasan atau ketentuan mengenai jumlah perahu yang diperbolehkan mengikuti ritual, bahkan semakinbanyak semakin baik, itu yang dipercayai oleh masyarakat setempat. Jampana akan dibawa sejauh ± setengah mil dari pesisir pantai. Setibanya di titik yang telah ditentukan, berdasarkan instruksi dari kuncen semua perahu diputarkan ke arah kanan sebanyak tiga kali, setelah itu perahu utama dibawa ke tengah (pusat lingkaran) sedang yang lain tetap berputar mengitari perahu utama. Selama beberapa waktu, saat masih di pusat lingkaran, kuncen mendekati jampana di atas perahu utama bagian depan, lalu sedikit mengorek isi jampana sambil membaca suatu jampijampi. Bau kemenyan mulai merebak di sekitar perahu, salah satu bagian dari ritual. Setelah dirasa cukup, kuncen memanggil salah satu awak dari perahu yang sama untuk membantunya mengangkat jampana dan melarungnya ke laut.
Setelah jampana mengapung, perahu-perahu pengiring berhenti berputar dan mulai mendekati jampana yang telah dilepas ke laut. Para nelayan yang sebelumnya telah membekali diri dengan botol kosong mulai mengisinya dengan air laut sekitar jampana yang dipercaya mengandung berkah. Setelah itu semua perahu meninggalkan jampana di tengah lautanuntuk kembali ke darat dengan posisi dibalik, dimana perahu utama baru mendarat setelah semua perahu pengiring naik ke darat.

C.     Memaknai Hajat Laut
Nelayan di Cimari merupakan nelayan yang kehidupannya sangat sederhana, mereka mencari ikan dengan satu niat yaitu untuk bertahan hidup, maka mereka selalu merasa cukup dengan apa yang mereka dapatkan, yang penting kebutuhannya terpenuhi. Meskipun hidup dalam kesederhanaan, nelayan di Cimari tidak pernah meninggalkan kebiasaan yang telah diwariskan oleh nenek moyangnya pada mereka. Nelayan Cimari selalu mengumpulkan sebagian uang hasil penangkapan ikan mereka untuk melaksanakan Tasyakur Nelayan. Sebuah tradisi yang oleh warga Cimari dianggap sebagai perayaan hari ulang tahun nelayan Cimari. Melalui tasyakur nelayan, masyarakat pelabuhan Cimari Muara menggantukan 3 harapan utama yaitu: a. Peningkatan Penghasilan b. Peningkatan Keselamatan c. Peningkatan Perhatian Tasyakur Nelayan dijadikan sebagai media permohonan kepada sang Pencipta akan ditingkatkannya penghasilan para nelayan setempat. Menurut Wawan (52), tasyakur laut merupakan bukti rasa syukur nelayan setempat.
“Banyak bersyukur, bertambahlah rezekinya. Setelah tasyakur, tangkapan ikan
nelayan selalu bertambah banyak”. Hal tersebut yang dipercayai oleh sebagian besar warga pelabuhan Cimari Muara.
Nelayan Cimari tidak bermaksud menyekutukan Tuhan, mereka hanya menjalankan tradisi yang telah diwariskan nenek moyangnya sejak dahulu. Dengan niat yang kuat dan teguh, mereka terus menjalankan warisan dari nenek moyangnya ini dengan harapan yang mulia meskipun mereka sendiri kadang kekurangan dan hidup dengan sederhana.

2.3 Pengaruh Budaya Hajat Laut terhadap Kehidupan Sosial di Cimari ( Garut )
            Sudah dibahas sebelumnya , bahwa kebudayaan hajat laut adalah tradisi atau kebudayaan yang biasa dilakukan di Cimari, kabupaten garut. Kebudayaan ini merupakan kebudayaan untuk mensyukuri nikmat dan rezeki yang telah diberikan oleh sang Maha Pencipta. Selain itu kebudayaan ini juga mempunyai tujuan dalam penyelenggaraannya, yaitu sebagai permohonan atau harapan agar masyarakat tersebut bisa mendapatkan peningkatan-peningkatan, diantaranya yaitu : peningkatan pengahasilan, peningkatan keselamatan, dan peningkatan perhatian.
Pengaruh kebudayaan hajat laut terhadap kehidupan sosial masyarakat daerah Cimari kabupaten garut ini sangatlah baik, tetapi ada juga sebagian yang berpendapat bahwa melakukan tradisi ini tidaklah baik.
Kebudayaan hajat laut ini begitu baik pengaruhnya terhadap kehidupan sosial masyarak Cimari. Dengan adanya hajat laut ini bisa mempererat tali silaturahmi diantara masyarakat karenanya ketika melaksanakan hajat laut ini seluruh masyarakat gotong royong dan bekerjasama dalam proses pelaksanaan kebudayaan ini. Kemudian, dengan adanya hajat laut ini, bisa mensyukuri atas nikmat yang telah Allah SWT berikan, dengan memberikan semua barang dan makanan (sesajen) itu untuk saling berbagi terhadap sesama makhluk. Pengaruh yang baik juga dari kebudayaan Hajat Laut ini terhadap kehidupan sosial masyarakat Cimari yaitu, seperti yang tadi telah disebutkan bahwa tujuan dari diadakannya hajat laut ini yaitu untuk permohonan atau harapan agar adanya peningkatan penghasilan, peningkatan keselamatan dan peningkatan perhatian. Menurut beberapa orang atau sesepuh didaerah cimari, biasanya setelah diadakannya upacara hajat laut ini selalu terjadi peningkatan-peningkatan, baik dari penghasilan, keselamatan dan perhatian. Ini merupakan bentuk yang sangat disyukuri oleh para masyarakat didaerah Cimari kabupaten Garut.
            Selain beberapa pengaruh yang baik atas kebudayaan hajat laut ini, ada juga pengaruh buruknya. Ada sebagian orang yang berpendapat bahwa melakukan hajat laut ini karena untuk memberikan sesajen dan terimakasih kepada ratu yang menjaga laut kidul tersebut. Masih ada yang percaya bahwa didalam laut ada sebuah kerajaan yang menguasai laut. Dan ada pula ratunya yang disebut Ratu Nyi Roro Kidul.
Pendapat tersebut berpengaruh terhadap keimanan masyarakat Cimari, tetapi kebanyakan masyarakat tersebut sudah tidak percaya akan hal itu. Sebenarnya masyarakat didaerah pesisir seperti Cimari ini pasti mengalami hal ini. Mereka percaya akan adanya penghuni didalam laut, yaitu ciptaan Allah SWT. Dengan adanya keyakinan bahwa semua makhluk diciptakan Allah SWT, mereka percaya bahwa dengan hajat laut ini selain melakukan tradisi turun-temurun, tetapi juga menjadikannya sebagai tasyakur bin nikmat atas rezeki, keselamatan dan semua keberkahan yang telah diperoleh masyarakat.





BAB III
PENUTUP

3.1  Simpulan
Hajat laut adalah kebudayaan yang biasa dilakukan didaerah pesisir ,seperti halnya di kabupaten Garut ada tradisi hajat laut yang dilakukan didaerah Cimari kabupaten garut. Kebudayaan ini merupakan kebudayaan yang dilakukan untuk mensyukuri nikmat yang telah diberikan Allah SWT kepada para masyarakat daerah Cimari. Selain sebagai bentuk tasyakur bin nikmat, budaya ini dilakukan untuk mengaharapkan sebuah peningkatan penghasilan, peningakatan keselamatan dan juga peningkatan perhatian. Pengaruh kebudayaan hajat laut terhadap kehidupan sosial daerah cimari ini begitu baik, dengan adanya tradisi atau kebudayaan ini, masyarakat Cimari bisa lebih mempererat tali silaturrahmi, bisa memberikan rasa syukur kepada sang Maha Pencipta , dan juga dengan adanya kebudayaan ini masyarakat Cimari bisa berbagi sesama makhluk.

3.2  Saran
Semoga makalah ini bermanfaat dan semoga dengan makalah ini bisa membantu para pembaca dalam memecahkan suatu permasalahan baik dalam pelajaran ataupun juga pengetahuan. Makalah ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu saya selaku penulis meminta saran kepada para pembaca, agar saya bisa memperbaiki dan melengkapinya menjadi lebih baik.


DAFTAR PUSTAKA

http://garutselatanculturelovers.blogspot.co.id/, diakses pada hari minggu tanggal 28 Mei 2017; pukul 11.20.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

my experience in using social media

Assalamualaikum wr. wb My name is syifa fadhilatunnisa. I am a student at one of the state universities, precisely the Islamic universi...