Selasa, 21 November 2017

Resume Metode Penelitian Sosial

RESUME
METODOLOGI PENELITIAN SOSIAL
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian Sosial
Dosen : Dr. Ai Siti Farida, M.Si

Description: Description: D:\triani file\sm 2\Logo-UIN-Sunan-Gunung-Djati-Bandung.png
Nama : Syifa Fadhilatunnisa
NIM :1168010174
Kelas : AP/ III G

Jurusan Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung
2017


BAB I
PENELITIAN DAN ILMU

A.    Arti Penelitian
Kata penelitian atau penyelidikan tersebut digunakan sebagai padanan kata research dalam bahasa Inggris. Kata research ini berasal dari kata latin reserare yang berarti mengungkapkan atau membuka (Goldstein, 1963). Kata ini juga diindonesiakan menjadi riset. Jadi, research atau riset diartikan sebagai kegiatan mengungkapkan atau membuka pengetahuan karena pengetahuan, baik yang telah ada maupun yang masih belum ditemukan, dianggap sudah ada atau tersembunyi di alam yang hanya memerlukan pengungkapannya.
Jadi, penelitian merupakan upaya untuk menambah dan memperluas pengetahuan, yang selain untuk menghasilkan pengetahuan yang baru sama sekali yaitu yang sebelumnya belum ada atau belum dikenal, juga termasuk pengumpulan keterangan baru yang bersifat memperkuat teori-teori yang sudah ada, atau bahkan juga yang menyangkal teori-teori yang sudah ada.

B.     Pentingnya Mempelajari Metode Penelitian
Seorang administrator perlu mempelajari metode penelitian agar ia dapat menilai hasil penelitian atau pengumpulan data yang ditugaskan kepada orang lain, dan agar ia dapat memberikan petunjuk apabila menugasi bawahannya untuk melakukan pengumpulan data atau penelitian.
Pentingnya mempelajarri metode penelitian bagi setiap tenaga profesional, karena ia juga mempunyai tanggung jawab untuk dapat mengembangkan profesinya, atau setidaknya mengevaluasi hasil-hasil penelitian sebelum hasil penelitian tersebut dapat dimanfaatkan dalam praktik.
C.     Cara Pendekatan Kepada Pengetahuan
Cara pertama disebut metode rasionalistik, pendekatan ini menyatakan bahwa hanya akal yang dapat menentukan bentuk benda yang benar dan sempurna; objek-objek di dunia yang dapat diamati dengan indra kita tidaklah sempurna. Cara kedua disebut metode empirik, menganggap bahwa semua pengetahuan berasal dari indera dan menunjukkan kesulitan-kesulitan yang kita hadapi apabila kita mendasarkannya pada akal.

D.    Unsur-Unsur Ilmu
Ilmu pengetahuan didasarkan atas fondasi yang berupa teori-teori dan hipotesis-hipotesis. Teori dan hipotesis pada hakikatnya merupakan proposisi (pernyataan), dan proposisi ini menghubungkan variabel-variabel. Kerlinger menyebut konstruk sebagai variabel laten, yaitu sesuatu yang tidak dapat diamati yang dianggap mendasari variabel yang dapat diamati.
Proposisi  adalah pernyataan tentang suatu konsep atau lebih.
Teori merupakan proposisi yang memberikan penjelasan atas suatu gejala. Fakta adalah pernyataan secara empirik benar, jadi pernyataan yang sesuai dengan kenyataan.


E.     Sikap Ilmiah
1.      Sikap obejktif
2.      Sikap relatif
3.      Sikap skeptik
4.      Kesabaran intelektual
5.      Kesederhanaan
6.      Sikap tidak memihak kepada kita

F.      Metode Dan Rancangan Penelitian
Metode penelitian adalah cara atau strategi menyeluruh untuk menemukan atau memperoleh data yang diperlukan. Metode penelitian dibedakan menjadi tiga :
1.      Metode historik
Digunakan jika data yang diperlukan terutama berkaitan dengan masa lalu, sehingga teknik pengumpulan data yang digunakan terutama adalah studi dokumenter atau mungkin juga studi artifak, walaupun wawancara juga dapat digunakan apabila pelaku sejarah yang bersangkutan masih hidup.
2.      Metode survei
Merupakan metode untuk memperoleh data yang ada pada saat penelitian dilakukan. Data dapat dikumpilkan melalui beberapa teknik, seperti wawancara dan pengamatan atau observasi.
3.      Metode eksperimen
Digunakan jika data yang diinginkan sengaja ditimbulkan atau didorong munculnya, dorongan atau rangsangan untuk kemunculan data tersebut merupakan variabel bebas atau disebut juga perlakuan (treatment).






BAB II
PENELITIAN PEKERJAAN SOSIAL


A.    Komponen Pekerjaan Sosial
Komponen pekerjaan sosial jika belum dikaitkan dengan orangnya, yaitu apa yang akan dipelajari dan diajarkan di suatu lembaga pendidikan terdiri atas:
1.      Nilai-nilai
2.      Pengetahuan
3.      Sekumpulan alat intervensi (interventive repertoire)
(Bartlett, 1970)
B.     Penelitian Pekerjaan Sosial Dan Penelitian Sosial
Fungsi penelitian pekerjaan sosial adalah untuk memberikan sumbangan bagi pengembangan pengetahuan yang dapat dipercaya untuk melayani tujuan dan cara-cara kerja pekerjaan sosial dalam semua cabangnya (Macdonald, 1960).

C.     Topik-Topik Penelitian Pekerjaan Sosial
1.      Profesi pekerjaan sosial
2.      Teori dan praktik
3.      Bidang pelayanan
4.      Isu-isu sosial/ masalah sosial

D.    Penelitian Pekerjaan Sosial Dan Praktik Pekerjaan Sosial
Sehubungan dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan, persamaannya adalah bahwa penelitian melakukan kegiatan yang disebut pengumpulan data; sementara itu, dalam praktik pekerjaan sosial juga ada kegiatan pengumpulan data yang dikenal dengan istilah assessment (penaksiran/ penilaian).

E.     Proses Penelitian
Kegiatan penelitian dilakukan karena didorong oleh rasa ketidakpastian atau ketidakpuasan akan kondisi yang ada.
Tahapan prosesnya :
1.      Identifikasi dan perumusan masalah
2.      Penentuan unit dan sumber data
3.      Pengumpulan data
4.      Pengolahan dan analisis data
5.      Kesimpulan dan penyajian laporan



BAB III
PERUMUSAN MASALAH

A.    Sumber Masalah
Dalam menemukan suatu masalah yang akan diteliti, yang paling mungkin dilakukan adalah membaca literatur. Membaca topik yang menarik perhatian dan kemudian mengkajinya akan sangat membantu untuk dapat menemukan permasalahan yang perlu dan dapat diteliti. Sumber yang sangat penting dalam program membaca dalam rangka menemukan suatu masalah penelitian adalah jurnal.


B.     Proses Perumusan Masalah
Tahap pertama  perumusan masalah adalah adanya kebutuhan yang dirasakan (felt need). Jadi, suatu kondisi yang tidak menyenangkan akan dapat mendorong dilakukannya suatu penelitian yang tentu saja sebelumnya didahului oleh perumusan masalah. Langkah kedua dalam proses perumusan masalah adalah mempersempit masalahnya sampai pada tingkat yang dapat ditangani oleh peneliti. Langkah selanjutya adalah memeriksa masalah yang akan diteliti dalam hubungannya dengan pengetahuan yang telah tersedia, dan penelitian apa saja yang pernah dilakukan yang menyangkut variabel yang akan diteliti.

C.     Pertanyaan Penelitian
1.      Pertanyaan yang akan dijawab oleh suatu penelitian dapat berupa pertanyaan tentang karakteristiksuatu populasi.
2.      Pertanyaan penelitian dapat berkaitan dengan frekuensi suatu gejala.
3.      Suatu penelitian juga dapat mengajukan pertanyaan tentang hubungan antar variabel-variabel.
4.      Pertanyaan yang paling penting untuk dijawab oleh suatu penelitian tidak hanya ingin mengetahui hubungan antara variabel-variabel tetapi lebih jauh lagi, yaitu menyanyakan hubungan sebab akibat antara dua variabel atau lebih.

D.    Perumusan Hipotesis
Hipotesis adalah suatu pernyataan yang masih harus diuji kebenarannya secara empirik. Hipotesis merupakan jawaban sementara atas pertanyaan penelitian, yang kebenarannya akan diuji berdasarkan data yang dikumpulkan.
Sejalan dengan pertanyaan penelitian, hipotesis juga dapat dirumuskan dalam beberapa cara :
1.      Hipotesis yang menyatakan bahwa sesuatu mempunyai ciri tertentu.
2.      Hipotesis yang menyatakan frekuensi terjadinya sesuatu.
3.      Hipotesis yang menyatakan hubungan antara dua variabel atau lebih.
4.      Hipotesis yang tertinggi tingkatnya adalah hipotesis yang menyatakan hubungan sebab-akibat antara dua variabel atau lebih.

E.     Definisi Formal Dan Definisi Operasional
Definisi formal menjelaskan konsep dengan kata-kata atau istilah lain atau sinonimnya yang dianggap sudah dipahami oleh pembaca. Definisi operasional menyatakan bagaimana operasi atau kegiatan yang harus dilakukan untuk memperoleh data atau indikator yang menunjukkan konsep di maksud

F.      Unit Analisis
Untuk menguji hubungan antara “formalisasi” dan “kepuasan kerja” tersebut, ada dua cara yang dapat ditempuh.
Cara pertama : Terlebih dahulu mencari dua orang organisasi sosial atau lebih yang mempunyai tingkat formalisasi yang berbeda. Jadi, tahap pertama adalah melakukan pengukuran atas formalisasi organisasi-organisasi sosial yang ada.
Cara kedua     : Mengumpulkan data dari sejumlah organisasi sosial dan organisasi sosial inilah yang akan menjadi unit analisis selanjutnya.

BAB IV
PENELITIAN EKSPLORATORI DAN PENELITIAN DESKRIPTIF



A.    Penelitian Eksploratori
Penelitian eksploratori dilakukan untuk lebih memahami gejala atau permasalahan tertentu. Pada akhir penelitian eksploratori, diharapkan dapat merumuskan masalah penelitian dengan lebih tepat, atau hipotesis penelitian untuk diuji dalam penelitian lebih lanjut.
Penelitian eksploratori bisa dilakukan dengan beberapa cara :
1.      Survei literatur
2.      Survei pengalaman
3.      Studi tentang kasus tertentu.

B.     Penelitian Deskriptif
Sebagaimana ditunjukkan oleh namanya, penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu masyarakat atau suatu kelompok orang tertentu atau gambaran tentang suatu gejala atau hubungan antara dua gejala atau lebih. Biasanya, penelitian deskriptif seperti ini menggunakan metode survei (Atherton & Klemmack).
Penelitian deskriptif ini meliputi :
1.      Penelitian yang menggambarkan karakteristik suatu masyarakat atau suatu kelompok orang tertentu.
2.      Penelitian yang menggambarkan penggunaan fasilitas masyarakat.
3.      Penelitian yang memperkirakan proporsi orang yang mempunyai pendapat, sikap, atau bertingkah laku tertentu.
4.      Penelitian yang berusaha untuk melakukan semacam ramalan.
5.      Penelitian deskriptif lain adalah penelitian yang mencari hubungan antara dua variabel atau lebih.


BAB V
PENELITIAN PENJELASAN

Untuk melakukan penelitian penjelasan (explanatory studies), yaitu penelitian yang menguji hubungan sebab-akibat, dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai rancangan yang akan dibahas berikut ini.

A.    Rancangan-Rancangan Praeksperimen
Rancangan-rancangan seperti ini disebut sebagai rancangan-rancangan eksperimen palsu karena tidak ada kontrol.

1.      Strudi kasus satu tembakan (one shot case study)
Penelitian semacam ini tidak dapat dikatakan sebagai eksperimen karena tidak ada kontrol sama sekali. Apa yang diperoleh dari pengukuran hanyalah menggambarkan kondisi sesaat, yaitu ketika melakukan pengamatan atau pengukuran.
2.      Rancangan sebelum-sesudah dengan satu kelompok (one group pretest-postest design)
Dalam rancangan ini, pengamatan atau pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah variabel bebas atau perlakuan dikenakan pada kelompok subjek yang diteliti.
3.      Rancangan perbandingan kelompok statik (static group comparison design)
Rancangan ini menggunakan dua kelompok. Perbandingan dilakukan antara satu kelompok subjek yang dikenai perlakuan atau variabel bebas dan satu kelompok lain yang tidak dikenai perlakuan. Kedua kelompok memang sudah ada sebelumnya.

B.     Rancangan-Rancangan Eksperimen Yang Benar
1.      Rancangan sebelum-sesudah dengan kelompok kontrol (pretest-pottest control group design)
Rancangan ini menggunakan dua kelompok subjek yang dibandingkan berdasarkan pengamatan atau pengukuran atas variabel terikat. Analisis statistil untuk rancangan ini adalah dengan mencari apa yang disebut gain scores setiap anggota kelompok, yaitu dengan cara mengurangkan nilai sebelum dari nilai sesudah perlakuan untuk setiap subjek, dan selanjutnya mencari nilai rata-ratanya.
2.      Rancangan sesudah saja dengan kelompok kontrol (pratest-only control group design)
Analisis statistik untuk rancangan ini tidak sepelik rancangan yang pertama. Analisis yang dapat digunakan adalah uji untuk sampel bebas, uji U Mann-Whitney, atau uji median.
3.      Rancangan empat kelompok solomon (solomon four group design)
Analisis yang digunakan untuk rancangan ini adalah analisis varian dua arah (two way analysis of variance) untuk membandingkan empat kelompok nilai pengukuran sesudah perlakuan.
4.      Sumber-sumber validitas ekstern (external invalidity)
a.       Validitas populasi
b.      Validitas ekologi

C.     Rancangan-Rancangan Eksperimen Kuasi
Kata quasi dalam bahasa Inggris berarti : sampai pada tahap tertentu, menyerupai, hampir. Jadi, rancangan-rancangan eksperimen kuasi (quasi eksperimental design). Berarti rancangan-rancangan seperti, atau menyerupai rancangan eksperimen, tetapi tentu saja tidak sama persis dengan rancangan-rancangan eksperimen yang sebenarnya.
1.      Rancangan dengan kelompok kontrol yang tidak sama (nonquivalent control group design)
Rancangan ini menggunakan dua kelompok yang membandingkan variabel terikat antara sebelum dan sesudah perlakuan.
2.      Rancangan sebelum-sesudah dengan sampel terpisah (separate-sample pretest-postest desaign)
Rancangan ini digunakan apabla peneliti tidak dapat memberikan perlakuan yang berbeda kepada dua kelompok yang dibagi secara acak.
3.      Rancanagan-rancangan rangkaian waktu (time-series design)
Dalam rancangan ini, dilakukan pengamatan atau pengukuran beberapa kali sesudah perlakuan atau variabel bebas.







BAB VI
PENELITIAN SURVEI

A.      Tujuan Survei
Survei dapat dilakukan dengan tujuan semata-mata untuk memberikan gambaran tentang sesuatu. Survei semacam ini disebut survei deskriptif. Tujuan lain dari survei adalah untuk melakukan analisis, yang disebut sebagai metode survei analitik.

B.              Jenis-Jenis Survei
Survei biasanya dilakukan pada sebagian dari populasi atau sampel sehingga biasa disebut sample survey. Akan tetapi, survei juga dapat dilakukan pada seluruh anggota populasi. Survei yang tidak menggunakan sampel seperti ini disebut sensus.
Public opinion poll adalah survei yang mengajukan pertanyaan kepada responden tentang suatu topik pendapat umum.
Cross-sectional survey adalah survei yang membandingkan dua kelompok orang atau lebih untuk melihat perbedaan yang ada pada kelompo-kelompok tersebut.
Survei lobgitudinal adalah survei yang akan melihat perubahan atau perkembangan yang terjadi dalam perjalanan waktu .






BAB VII
TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

A.    Populasi Dan Sampel
Jumlah keseluruhan unit analisis, yaitu objek yang akan diteliti, disebut populasi atau universe. Akan tetapi, seringkali populasi penelitian cukup besar sehingga tidak mungkin untuk diteliti seluruhnya dengan waktu, biaya, dan tenaga yang tersedia. Dalam keadaan demikian, maka penelitian hanya dapat dialakukan terhadap sampel.
Sampel adalah suatu bagian dari populasi yang akan diteliti dar yang dianggap dapat menggambarkan populasinya.

B.     Syarat Sampel Yang Baik
Terdapat dua syarat yang harus dipenuhi dalam prosedur pengambilan sampel, yaitu sampel harus represemtatif (mewakili) dan besarnya sampel harus memadai (Atherton & klemmark, 1982; Goode & Hatt, 1952). Suatu sampel yang baik juga harus memenuhi syarat bahwa ukuran atau besarnya memadai untuk dapat meyakinkan kestabilan ciri-cirinya.
Rumus untuk menetapkan besarnya sampel adalah sebagai berikut:

                                            Ns=)2
Ø  Keterangan :
Ns  = besar sampel yang diperlukan
  = perkiraan simpangan baku populasi
Z  = nilai standar sesuai dengan tingkat signifikansi
T  = kesalahan penaksiran maksimum yang dapat      diterima.
(Goode & Hatt, 1952, hlm. 22)

C.                           Teknik Sampling
              Setiap satuan dari populasi yang merupakan sasaran akhir pengambilan sampel disebut sebagai unsur sampling (sampling element). Suatu unit sampling dapat berupa unsur sampling tunggal atau suatu kumpulan unsur. Suatu kerangka sampling tunggal atau suatu kumpulan unsur.
Cara pengambilan sampel atau teknik sampling secara garis besar digolongkan menjadi dua, yaitu probability sampling dan non-probability sampling.
·           Probability sampling : pengambilannya dilakukan secara random atau acak.
·           Nonprobability sampling : kemungkinan atau peluang seseorang untuk terpilih menjadi anggota sampel tidak diketahui.







BAB VIII
TEKNIK PENGUMPULAN DATA


A.    Angket
Angket (self-administered questionnaire) adalah teknik pengumpulan data dengan menyerahkan atau menirimkan daftar pertanyaan untuk diisi sendiri oleh responden. Responden adalah orang yang memberikan tanggapan (respon) atas-atau menjawab- pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.

B.     Wawancara
Wawancara (interview) adalah pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara (pengumpul data) kepada responden, dan jawaban-jawaban responden dicatat atau direkam dengan alat perekam (tape recorder). Teknik wawancara dapat digunakan pada responden yang buta huruf atau tidak terbiasa membaca dan menulis, termasuk anak-anak. Wawancara juga dapat dilakukan dengan telepon.

C.     Observasi
Secara luas, observasi atau pengamatan berarti setiap kegiatan untuk melakukan pengukuran. Akan tetapi, observasi atau pengamatan disini diartikan lebih sempit, yaitu pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan yang berarti tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan.

D.    Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada subjek penelitian. Dokumen yang diteliti dapat berupa berbagai macam, tidak hanya dokumen resmi.

E.     Teknik Lain
Selain keempat diatas tadi, ada cara lain untuk teknik pengumpulan data :

1.      Analisis isi
2.      Tes proyeksi




BAB IX
TEKNIK PENGUKURAN


Kerlinger (1986) yang mengutip pendapat Stevens mengatakan bahwa pengukuran adalah penggunaan angka-angka pada objek atau peristiwa menurut aturan tertentu.

A.    Tingkat-Tingkat Pengukuran
1.      Skala nominal
Merupakan skala pengukuran yang paling rendah tingkatnya, karena dengan skala ini objek penelitian hanya dapat dikelompokkan berdasarkan ciri-ciri yang sama, yang berbeda dengan ciri-ciri yang ada pada kelompok lain.
2.      Skala ordinal
Skala ini lebih tinggi tingkatnya atau kebih baik daripada skala nominal karena selain mempunyai ciri-ciri yang sama dengan skala nominal, yaitu dapat menggolongkan obek penelitian dalam golongan-golongan yang berbeda, skala ordinal mempunyai kelebihan daripada skala nominal, yaitu bahwa golongan-golongan atau klasifikasi dalam skala ordinal dapat dibedakan tingkatannya.
3.      Skala interval
Memiliki ciri yang sama dengan ordinal. Akan tetapi skala interval memiliki kelebihan yaitu mempunyai unit pengukuran yang sama sehingga jarak antara satu titik dengan titik yang lain, atau antara satu golongan dengan golongan yang lain, dapat diketahui.
4.      Skala rasio
Merupakan skala tertinggi tingkatnya karena selain mempunyai kesamaan dengan skala interval, yang berarti juga mempunyai semua ciri yang dimiliki oleh semua skala dibawahnya, skala rasio mempunyai titik nol yang sebenarnya.

B.     Teknik Pengukuran
1.      Skala likert
Skala ini disebut skala likert karena pertama kali dikembangkan oleh Rensis Likert. Skala ini disebut juga sebagai method of summated ratings karena nilai peringkat setiap jawaban atau tanggapan dijumlahkan sehingga mendapat nilai total.
2.      Skala thurstone
Skala ini disebut dengan equal-appearing interval (mempunyai interval yang tampak sama). Skala ini bukan mencari nilai total seperti dalam skala likert, melainkan untuk setiap pernyataan diberi nilai skala tertentu yang menunjukkan intensitas pernyataan tersebut.
3.      Skala guttman (Louis Guttman)
Skala ini disebut juga skala kumulatif atau scalogram analysis. Berbeda dengan skala likert dan skala Thurstone yang mengandung lebih dari satu dimensi, skala Guttman merupakan skala satu dimensi (unidimensional scale).
4.      Skala semantic differential
Skala ini pertama kali digunakan oleh Osgood, Suci, dan Tannenbaum untuk mengukur arti objek-objek psikologis, sosial, dan /fisik.

C.     Validitas Alat Ukur
Alat ukur yang dibuat harus dapat menukur variabel yang dimaksudkan untuk diukur, bukan variabel lain.
1.      Validitas isi atau validitas tampat
2.      Validitas pragmatik atau validitas berdasarkan kriteria
3.      Validitas konstruk

D.    Reliabilitas Alat Ukur
Suatu alat ukur dikatan reliable (andal) apabila alat ukur tersebut memberikan hasil yang tetap selama variabel yang diukur tidak berubah. Cara-cara untuk menentukan reliabilitas alat ukur :
1.      Metode paralel
2.      Metode test-retest (uji ulang)
3.      Metode split-half (belah dua)
4.      Metode croanbach
E.     Analisis Butir (Item Analysis)
Reliabilitas alat ukur dapat ditingkatkan dengan melakukan analisis butir. Analisis ini dapat dilakukan dengan dua cara :
·         Dengan mencari korelasi antara nilai setiap butir dengan nilai total yang dikurangi nilai butir yang bersangkutan.
·         Dengan discriminating power (daya pembeda atau DP), dengan cara ini instrumen yang telah diisi disusun menurut besarnya nilai total.







BAB X
PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

A.    Mengedit Dan Memberikan Kode
Dalam pengolahan data, yang pertama kali harus dilakukan adalah melakukan editing. Ini berarti bahwa kuesioner harus diteliti satu per-satu tentang kelengkapana pengisian dan kejelasan penulisannya. Jika terdapat jawaban yang tidak jelas penulisannya atau ada butir pertanyaan dan pernyataan yang tidak terisi, maka pengumpul data yang bersangkutan diminta untuk memperjelas atau melengkapinya.
Apabila semua kuesioner sudah diteliti dan semua butir pertanyaan dan pernyataan sudah terjawab dengan lengkap, maka langkah kedua dalam pengolahan data adalah memberikan kode.



B.     Lembar Ringkasan Dan Tabulasi
Setelah kode-kode dibuat, langkah selanjutnya adalah melakukan tabulasi, yaitu membuat tabel-tabel sesuai dengan analisis yang dibutuhkan. Namun, sebelum melakukan tabulasi ini, sebaiknya dibuat lembar ringkasan (summary sheet atau data matrix) terlebih dahulu untuk menghimpun semua data.

C.     Analisis Data
Analisis data yang dilakukan disesuaikan dengan tujuan penelitian. Penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran cukup menyajikan tabel tunggal dengan jumlah dan presentase untuk setiap kategori.
Ini untuk menunjukkan angka berapa yang merupakan wakil bagi kelompoknya secara keseluruhan, dan bagaimana variasinya. Akan tetapi, apabila tingkat pengukurannya hanya sampai tingkat ordinal, maka mean tidak mempunyai arti karena jarak antara titik didalam skala tidak sama. Dalam hal demikian, maka digunakan median. Untuk menunjukkan variasinya, dapat digunakan deviasi antarkuartil. Apabila klasifikasinya tidak menunjukkan tingkatan, yang berarti skalanya hanya skala nominal, maka  yang digunakan adalah modus yaitu nilai yang mempunyai frekuensi terbesar.








BAB XI
LAPORAN HASIL PENELITIAN


A.    Isi Laporan

Laporan penelitian dapat mengambil beberapa bentuk, seperti laporan yang ditulis secara rinci untuk suatu badan atau instansi tertentu, laporan penelitian berupa tesis atau disertasi, dan laporan penelitian yang ditulis untuk suatu jurnal ilmu pengetahuan. Penulisan laporan penelitian harus menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:
1)      Apa yang menjadi masalah penelitian
2)      Bagaimana penelitian dilaksanakan
3)      Apa hasil penelitiannya
4)      Apa makna dan implikasi hasil penelitian.

B.     Tata Cara Penulisan

Cara menulis laporan penelitian perlu mengikuti suatu aturan yang telah diterima di kalangan ilmuawan. Setidaknya, terdapat dua cara yang dapat di ikuti, yaitu model Turabian (1973) dan model American Psychological Association (APA) [1988].
Model Turabian menggunakan catatan kaki (footnote) untuk menunjukkan referensi, dan menggunakan istilah-istilah ibid, op cit, dan loc cit.
Model APA tidak menggunakan catatan kaki seperti dalam model Turabian, tetapi setiap referensi ditunjukkan oleh nama penulis dan tahun penerbitan. Jika kutipan merupakan kutipan langsung, artinya kata demi kata diambil dari sumbernya, ditunjukkan juga nomor halaman dan sumbernya.




DAFTAR PUSTAKA

Soehartono, Irawan. 2015. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Rosda.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

my experience in using social media

Assalamualaikum wr. wb My name is syifa fadhilatunnisa. I am a student at one of the state universities, precisely the Islamic universi...